Selasa, 03 November 2009

Sejarah Perang Jepang








Hattori Hanzo, Iga Ninja Paling Terkenal dalam Sejarah Jepang
Hattori Hanzo 服部 半蔵 (1542-23 Desember 1596),
dikenal pula dengan nama Hattori Masanari, adalah salah seorang ninja terkemuka dalam sejarah Jepang. Ia
sering muncul dalam manga dan novel fiksi, digambarkan berpakaian serba hitam serta memiliki kemampuan ninjutsu yang luar biasa. Mulai dari ilmu meringankan tubuh, menyelam, bergerak di bawah tanah sampai menyamarkan diri di kegelapan. Ironisnya, dalam berbagai ensiklopedia sejarah, Hanzo jarang tertulis atau terkenal sebagai seorang ninja. Yang pasti, ia tercatat melayani Tokugawa Ieyasu dengan sangat setia. Atas kepandaiannya dalam menyusun taktik, ia mendapat julukan Oni-Hanzo (Devil Hanzo).



Hattori Hanzo Early Life
Dalam legenda, Hattori Hanzo tercatat sebagai seorang superhuman ninja warrior. Dikisahkan Hanzo memiliki kemamuan untuk menghilangkan diri yang sangat sempurna. Ia juga menguasai ilmu penggunaan tali untuk menangkap musuh secara tepat. Kemampuan psychokinesis dan psychomancy pun konon dikuasai oleh Hanzo, membuatnya dapat memprediksikan taktik serta kekuatan lawan secara akurat. Selain seorang ninja, ia juga dikenal sebagai ahli pedang berkemampuan tinggi, seorang penyusun taktik jitu sekaligus piawai dalam memakai tombak. Hattori Hanzo mulai belajar ilmu bela diri pada usia 8 tahun di Gunung Kurama dan pada usia 12 tahun berhasil menjadi seorang ninja. Di usia 18 tahun, Hanzo dengan sukses menggapai posisi master ninja. Ayahnya, yakni Yasunaga, melayani Matsudaira Kuyoyasu selaku pemimpin klan Mikawa sekaligus kakek dari Ieyasu Tokugawa. Meski terlahir dan dibesarkan di provinsi Mikawa, ia sering kembali ke Iga selaku rumah dari keluarga Hattori yang memiliki kekuasaan sebagai pemimpin komunitas ninja di provinsi Iga.
Hanzo dan Ieyasu Tokugawa

Hubungan antara Hanzo dan Tokugawa Ieyasu, shogun Jepang, bermula saat Hanzo berumur 26 tahun. Ketika tinggal di Mikawa, ia menantang Hanzo untuk menahan nafas dalam air dan bahkan mencekik leher Hanzo dengan selembar kain. Tantangan itu dihadapi Hanzo dengan tenang dan akhirnya ia keluar menjadi pemenang. Ieyasu yang pucat dan terengah-engah karena kehabisan nafas bertanya mengenai berapa lama seorang ninja dapat bertahan dalam air, yang dijawab oleh Hanzo, ”Satu atau dua hari, tergantung permintaan tauan.” Untuk membuktikannya, ia kembali menyelam ke dalam air sampai beberapa jam lamanya hingga Ieyasu cemas dan mulai memanggil-manggil namanya. Hanzo muncul ke permukaan tanpa tanda-tanda kehabisan nafas lalu menyerahkan sebuah pedang pendek yang tadinya ada di pinggang Ieyasu. Ieyasu langsung terpukau dengan kemampuan Hanzo dan menjadikannya anak buah andalan sekaligus sahabatnya.




Ieyasu Tokugawa lalu mendirikan pemerintahan pusat yang bertahan selama 300 tahun, bertahan selama 15 tahun generasi keturunannya. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kemampuan Ieyasu dalam melobi banyak prajurit bertalenta tinggi. Ia memperkerjakan banyak orang dengan latar belakang yang berbeda dalam usahanya mengumpulkan ilmu dan pengetahuan. Ieyasu juga banyak dibantu oleh klan ninja, terutama Hanzo. Selama Warring States Period, para ninja merupakan agen penting dalam pengumpulan informasi dan eksekusi yang cepat. Meski banyak daimyo yang memperkerjakan ninja tetapi tidak ada daimyo sepintar Ieyasu yang cara piki dan kepandaiannya disukai para ninja. Salah satu kesuksesan dan bukti kesetiaan Hanzo pada Ieyasu adalah ketika Ieyasu mencium niat pemberontakan pada Nobunaga di Honno-ji temple. Hanzo meminta tuannya untuk mampir ke Iga, kembali ke Mikawa dengan bantuan para ninja Iga dan Koga lalu menyerang para prajurit yang berkhianat. Ieyasu pun setuju dengan usul Hanzo. Setelah mengumpulkan sekitar 300 ninja, Hanzo menyerang Honno-ji sementara Ieyasu disembunyikan di Mikawa. Keberhasilan Hanzo dibalas dengan memperkerjakan semua ninja yang membantunya dalam pertempuran tersebut.

Lalu di tahun 1590, ketika Ieyasu tinggal di Edo, para ninja diberikan tempat tinggal di sayap barat istana Edo. Area tersebut dinamakan Hanzo-Cho, dan salah satu gerbang istana dinamakan Hanzo-mon (Gerbang Hanzo). Saat Battle of Winter dan Battle of Summer yang terjadi di Osaka tahun 1614-1615, menjadi pertempuran paling besar yang pernah terjadi di Jepang. Dalam perang tersebut, para ninja mencapai puncak kejayaan dimana peran mereka sangat besar dalam mempertahankan pimpinan serta mengirim informasi. Ketika Sanada Yukimura, salah seorang jendral Toyotomi terkemuka sibuk menyusun taktik di istana Osaka, Ieyasu mengirimkan surat panah berisi tawaran 100.000 koku beras. Ieyasu juga menyuruh para ninja menyamar sebagai ronin dan memasuki istana Osaka untuk mengumpulkan informasi. Kemampuan mereka untuk menyamar akhirnya membuat klan Toyotomi kecolongan banyak informasi berharga, yang mengarah pada kejatuhannya di Battle of Winter dan Battle of Summer.

The Death of Hanzo Hattori
Hattori Hanzo meninggal di tahun 1596 pada usia 55 tahun. Ada yang mengatakan Hattori meninggal karena sakit, tetapi ada juga yang percaya bahwa Hattori dibunuh dalam sebuah pertempuran oleh ninja bernama Fuma Kotaro. Kekuasaan Hattori diturunkan kepada anaknya Masanari yang baru berusia 18 tahun ketika ayahnya meninggal. Sayangnya ia tidak menguasai ninjutsu dan lalai dalam memimpin klan Iga sehingga para ninja menganggap Masanari tidak pantas menwarisi nama besar Hanzo dan mengakibatkan perpecahan. Para ninja yang memberontak mendesak Masanari untuk turun dari tampuk pimpinan. Jumlah ninja yang memberontak tidak tercatat dengan jelas tetapi para sejarawan mencatat pemberontakan tersebut sebagai salah satu pemberontakan paling besar dalam sejarah Jepang. Di tahun 1605, klan Iga terpecah menjadi 4 bagian dan masing-masing dipimpin oleh samurai berkedudukan rendah. Iga pun tidak pernah lagi mencapai kejayaan seperti yang pernah diraih Hanzo.


Date Masamune (5 September 1567 – 27 Juni 1636) adalah seorang samurai dari periode Azuchi-Momoyama sampai awal periode Edo. Dia merupakan ahli waris dari Daimyo terkuat di daerah Tohoku, dia juga menjadikan kota Sendai sebagai kota yg moderen. Seorang ahli taktik dan membuat gayanya sendiri dengan penutup matanya dan dipanggil dengan sebutan Dokuganryu, atau Naga bermata satu.



Masamune Date adalah anak tertua dari Terumune Date, lahir di Istana Yonezawa. Pada umur 14 di tahun 1581, Masamune memimpin pertempuran untuk pertama kali untuk menolong ayahnya melawan keluarga Soma. Di tahun 1584 di umur 18 tahun Masamune Date menjadi pengganti ayahnya yg pensiun sebagai Daimyo. Keluarga Date pertama kali muncul saat awal periode Kamakura oleh Isa Tomomune, yang juga berasal dari distrik Isa di propinsi Hitachi. Isa Tomomune mendapat daerah di sekitar distrik Date dihadiahkan oleh Minamoto no Yoritomo karena membantu dalam perang Minamoto – Taira dan juga saat Yoritomo berjuang dengan saudaranya Yoshitsune.

Masamune lebih sering dikenal daripada Daimyo lainnya, hal ini karena dia memakai Helm perang dengan hiasan bulan sabit yang menandakan keganasan dan kekejamannya.

pengen liat kek gimana??

nihh.



Semasa kecil dia kehilangan mata kanannya (hal ini masih belum diketahui karena dari beberapa sumber ada yg mengatakan mata kanan mengalami penyakit mata parah dan mengharuskan organ mata diambil, dan ada juga yg mengatakan mata kanan hilang ketika terjadi perampokan di masa kecilnya) karena kehilangan mata kanan tersebut dia dianggap tidak pantas menjadi seorang daimyo oleh ibunya. Klan Date telah membangun aliansi dengan klan tetangga dengan cara menikahkan keluarganya dengan keluarga lain. Setelah Masamune diganti, salah satu pelayannya bernama Odachi Sadatsuna mengkhianati klan dan bergabung dengan klan Ashina di Aizu. Masamune akhirnya mendeklarasikan perang terhadap Ashina, tetapi pasukannya berhasil dihentikan oleh jendral Ashina yg bernama Iwashiro Morikuni, yang menyebabkan pasukan Masamune mundur ke Istana Obama.

Dengan kebangkitan Masamune, beberapa klan aliansi yang dulu berhubungan baik, menjadi berbalik menyerang dan juga berusaha memperluas daerah kekuasaannya, bahkan sanak familinya di Mutsu propinsi Dewa. Karena takut atas kelakuan beberapa klan tetangga yg semakin tidak bisa dikontrol, keluarga Hakeyama meminta Date Terumune untuk menghentikan anaknya. Mereka mengajak Terumune untuk makan malam di kediaman mereka, setelah pembicaraan yg panjang akhirnya Terumune mengatakan dia tidak bisa menghentikan perilaku anaknya, yg menyebabkan keluarga Hatakeyama memilih menculik ayah Masamune. Hal ini di dengar oleh Masamune dan mengejar keluarga Hatakeyama, setelah mendekati kediaman keluarga Hatakeyama Masamune mendengarkan teriakan ayahnya untuk menyerang keluarga Hatakeyama tanpa mempedulikan ayahnya, dalam penyerangan ini ayahnya Terumune juga ikut terbunuh. Masamune mengejar dan membunuh semua keluarga Hatakeyama tanpa terkecuali.

Lambang Klan Date


Setelah mengalahkan Ashina di tahun 1589, dia menjadikan Aizu sebagai markas utama dalam menjalankan operasinya. Hubungan antara ibunya dengan dia semakin buruk. Ibunya ingin Masamune untuk segera diganti dengan anak keduanya bernama Kojiro. Suatu ketika saudaranya ini berusaha memberikan racun kepada Masamune, hal ini diketahui oleh Masamune dan segera membunuh saudaranya itu dan akhirnya Ibunya melarikan diri ke klan Mogami untuk berlindung. Di tahun 1590, Toyotomi Hideyoshi menguasai Istana Odawara dan memaksa Daimyo Tohoku untuk ikut berperang, walaupun Masamune pada awalnya menolak ajakan Hideyoshi dia tidak bisa menolak bahwa Hideyoshi ditakdirkan untuk memimpin jepang. Dia telat datang dalam pertemuan dan membuat Hideyoshi marah, tidak ingin dieksekusi dia datang dengan mengenakan pakaian terbaik dan menunjukkan rasa tidak kenal takut dihadapan Hideyoshi. Karena tidak ingin dapat masalah berkelanjutan kemudian Hideyoshi mengampuni Masamune. Setelah mengabdi beberapa waktu dengan Hideyoshi, dia mendapatkan Istana Iwatesawa yang merupakan hadiah dari Hideyoshi beserta tanah di sekitarnya. Masamune pindah ke Istana itu pada tahun 1591 dan membangun kembali istana tersebut juga mengganti namanya menjadi Iwadeyama. Masamune tinggal di Iwadeyama selama 13 tahun dan menjadikan Iwadeyama menjadi pusat ekonomi dan politik. Setelah kematian Hideyoshi dia mengabdi kepada Tokugawa (saran oleh Katakura Kojuuruo). Tokugawa Ieyasu menghadiahkan Masamune daerah Sendai yang menjadikan Masamune Daimyo terkuat di jepang. Tokugawa menjanjikan Masamune bisa mendapatkan satu juta koku, walaupun sudah melakukan perbaikan dan juga pemeliharaan hasil dari tanah hanya memproduksi 640.000 koku dan kebanyakan untuk dikirim ke kota Edo. Di tahun 1604 Masamune pindah ke Sendai dan meninggalkan anak ke empatnya yg bernama Date Muneyashu untuk memerintah Iwadeyama. Masamune ingin menjadikan Sendai lebih makmur lagi dari sebelumnya. Walaupun Masamune menguasai seni berperang dan mempunyai hubungan baik dengan pihak asing, dia juga merupakan Daimyo yg ambisius dan agresif. Pertama kali memerintah klan Date, dia sering mengalami kekalahan karena kelakuan dia sendiri.

Menjadi kekuatan besar di daerah utara jepang membuat Masamune dicurigai sebagai rival yg potensial untuk melawan balik. Pada saat Hideyoshi Toyotomi memerintah, dia mengurangi daerah kekuasaan Masamune karena datang terlambat saat menjaga Istana Odawara melawan Hojo Ujimasa. Kemudian saat Tokugawa Ieyashu berkuasa dia juga memberikan sedikit daerah untuk Masamune. Walaupun dicurigai baik oleh Tokugawa maupun Toyotomi, dia merupakan Daimyo paling setia terhadap tuannya.


Sasaki Kojiro adalah seorang pemain pedang terkenal di Jepang, dia sangat terkenal sebagai pertarung yang menyukai duelling yang bahkan lebih terkenal daripada Miyamoto Musashi. Pada masa itu, ia dianggap sebagai salah satu pemain pedang terbaik di Jepang, yang mampu melawan tiga orang musuhnya dengan hanya menggunakan Kipas.
Dia dan Musashi tentu saja mengenal satu sama lain, dan Musashi sangat menginginkan untuk berduel dengan. Hingga diambillah keputusan untuk berduel di sebuah pulau terpencil, alasannya mungkin karena Kojiro sudah mempunyai banyak murid dan pengikut yang tentu saja akan membunuh Musashi jika Kojiro kalah dalam duel tersebut.

Ketika waktu untuk berduel tiba, Musashi tiba lebih dari tiga jam waktu yang ditentukan (a.k.a terlambat :nohope), sebuah penghinaan yang tidak bisa dimaafkan. Selain itu, ia juga hanya menggunakan sebuah senjata yang disebut bokken (pedang kayu) yang ia buat dari dayung perahu yang ia gunakan untuk ke pulau itu. Kojiro, marah, memaki-maki Musashi yang hanya tersenyum (gila, ga ngerasa bersalah amat ). Kojiro menyerang, dan menyerang begitu dekat sehingga mengenai gelungan rambut Musashi. Tapi hanya sampai situ saja Kojiro mampu mengenai Musashi. Akhirnya Musashi mengalahkan dia, menghantamkan dayung / bokken sekeras-kerasnya ke atas kepalanya, lalu menusuk paru-parunya, dan membunuhnya (sadis ). Itulah duel sadis yang terakhir bagi Musashi.

Miyamoto Musashi adalah tokoh historis Jepang, hidup sekitar awal abad 17 di masa permulaan kekuasaan Shogunat Tokugawa. Konon, bagi orang Jepang laki-laki ini begitu memberikan arti. Dua kapal perang terbesar kekaisaran Jepang saat PD II salah satunya dinamakan sesuai dengan namanya.
Musashi bukanlah negarawan, keturunan bangsawan ataupun seorang jenderal kenamaan. Dia sekedar pendekar pedang yang di separo akhir hidupnya kemudian mendalami seni. Sebagai pendekar dia juga tidak mempunyai tuan (daimyo) tempat mengabdi. Sebagian besar hidupnya dihabiskan dengan menjadi samurai pengembara (shugyosha) yang menjelajahi seantero jepang dan tetap bebas merdeka dengan menjadi ronin (samurai tak bertuan).

Namun sebagai pendekar pedang dia bukanlah pendekar kebanyakan. Sampai usia 30 dia telah melakukan sekitar 60 pertarungan dan tak sekalipun terkalahkan. Kemenangan pertama diperoleh di usia 13 tahun, dengan menewaskan seorang pendekar yang lebih tua. Ini sangat luar biasa mengingat dia tidak mempunyai guru formal yang mengajarinya bermain pedang. Padahal lawan bertarungnya adalah pendekar-pendekar terkenal yang berasal dari perguruan besar pula.

Duel Musashi yang paling terkenal adalah saat melawan Sasaki Kojiro di pulau Funa (terletak antara Honshu dan Kyushu ). Menurut cerita, orang Jepang masih membicarakan duel ini sampai sekarang. Waktu itu Kojiro juga telah mendapatkan reputasi sebagai pemain pedang tak terkalahkan di provinsi barat. Kojiro menggunakan pedang panjangnya yang terkenal –dinamai Galah Pengering- sedang Musashi membawa pedang kayu –sebagaimana sering digunakan dalam duel-duelnya yang lain- yang diukirnya dari sebatang dayung. Pertarungan diakhiri dengan tewasnya Sasaki Kojiro.

Setelah pertarungan itu Musashi mulai lebih sedikit terlibat pertarungan, apalagi yang sampai membawa kematian lawannya. Dia menjadi terfokus untuk mendalami semua seni. Di masa tuanya dia dikenal sebagai seniman dengan banyak kebisaan. Melukis dengan tinta india, kaligrafi, hingga membuat patung. Lagi-lagi seperti kemampuannya bermain pedang, kematangan seninya pun diperolehnya dengan tanpa guru.

Di akhir hidupnya Musashi menulis buku yang kemudian menjadi master piecenya. Kitab tipis yang diberinya judul Kitab Lima Lingkaran, yang tetap terkenal hingga sekarang. Buku ini berisi perenungannya tentang Jalan Pedang dan berisi pemikiran tentang filosofi hidupnya. Disebut Lima Lingkaran karena dia membagi bukunya menjadi lima bab: Bab Tanah, Api, Air, Angin, dan Kehampaan.

Melihat sepintas cerita hidupnya, barangkali inilah yang membuat pengaruh Musashi begitu besar buat orang Jepang. Menilik dari asal-usul Musashi bukanlah keturunan klan yang terkenal. Padahal di jaman feodal, klan bisa berarti segalanya. Kemandirian dan kemerdekaannya juga membuat banyak orang kagum. Tak pernah dia memiliki guru ataupun tuan sebagaimana samurai kebanyakan pada waktu itu.

Ada satu cerita menarik saat Musashi akan bertempur melawan Klan Yoshioka. Sebelum pertempuran dia sempat masuk ke satu kuil dan berdoa memohon bantuan para dewa. Beberapa waktu setelah berdoa, rasa malu kemudian melandanya. Musashi berpendapat tak layak dia menggantungkan diri pada dewa. Meski dia menghormari dewa-dewa tapi hanya dirinya sendiri lah yang seharusnya diandalkan.

Ringkasnya Musashi adalah seorang yang mencapai puncak karena self-made, tanpa koneksi atau keturunan. Dan pencapaian itu dia bayar dengan tekad baja, kemandirian, kerja keras, disiplin, integritas dan ketekunan yang tiada tara.

Nilai-nilai inilah yang tentu masih dianut kuat oleh orang Jepang. Melihat Musashi membuat mereka seakan melihat diri mereka sendiri. Musashi adalah model Jepang, figur dimana mereka ingin menjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar